Selamat Datang Di Mediaanalisa.com, Kami merilis berita Dengan motto Analisa Fakta Pena Sebenarnya, Untuk Berlangganan Iklan silahkan Ke No 0812-7600-6813 ( Jon A ) Sejarah Perayaan tahun baru di setiap negara didunia

Sejarah Perayaan tahun baru di setiap negara didunia

Mediaanalisa.com -- Pergantian tahun baru dirayakan pada 31 Desember menuju tanggal 1 Januari di tahun berikutnya. Lalu, mengapa harus ada tahun baru? Bagaimana sejarahnya? Mengapa 1 Januari ditetapkan sebagai awal tahun? Simak serba-serbinya berikut ini.
Asal Usul Perayaan Tahun Baru Masehi
Perayaan Tahun Baru di Babilonia
Perayaan tahun baru sudah berlangsung sejak lama. Bangsa Babilonia (1696-1654 SM) selalu merayakan dan menghormati kedatangan tahun barunya. Perayaan tahun baru Babilonia tercatat sekitar 4.000 tahun lalu atau sekitar 2.000 tahun sebelum masehi (SM).

Tradisi perayaan tahun baru ditentukan berdasarkan bulan pertama vernal equinox (perpotongan lingkaran ekuator dan ekliptika). Jika menggunakan perhitungan kalender Masehi, tahun baru bangsa Babilonia jatuh pada pertengahan Maret.

Bangsa Babilonia merayakan pesta besar-besaran selama 11 hari dengan berbagai macam agenda ritual. Perayaan besar-besaran untuk menyambut tahun baru disebut Akitu. Bangsa Babilonia menganggap tahun baru sebagai bentuk kemenangan Dewa Langit melawan Dewa Laut yang jahat.
Sejarah 1 Januari sebagai Awal Tahun Baru

Versi Romawi
Penetapan 1 Januari sebagai awal tahun Masehi memiliki sejarah panjang, yang berkaitan dengan kalender bangsa Romawi kuno. Kalender awal Romawi menjadi cikal bakal kalender Masehi.

Kalender awal Romawi pertama kali digunakan oleh Romulus, pendiri Roma. Kalender ini terdiri dari 10 bulan dan 304 hari. Pada abad ke-8 SM, Numa Pompilius menambahkan dua bulan baru, yaitu Januari (Januarius) dan Februari (Februarius), sehingga kalender Romawi terdiri dari 12 bulan.

Kaisar Julius Caesar kemudian menyempurnakan kalender ini dengan bantuan ahli astronomi dan matematika. Penetapan 1 Januari sebagai awal tahun tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan ilmiah, tetapi sebagai penghormatan kepada Dewa Janus, dewa bangsa Romawi.

Ritual yang dilakukan oleh bangsa Romawi untuk menyambut pergantian tahun meliputi memberikan persembahan kepada Dewa Janus, bertukar hadiah, menghias rumah, dan menghadiri pesta.
Denpasar - Euforia pergantian tahun menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Momen tahun baru selalu menjadi momen yang spesial untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-teman dekat.
Pergantian tahun baru dirayakan pada 31 Desember menuju tanggal 1 Januari di tahun berikutnya. Lalu, mengapa harus ada tahun baru? Bagaimana sejarahnya? Mengapa 1 Januari ditetapkan sebagai awal tahun? Simak serba-serbinya berikut ini.

Tradisi perayaan tahun baru ditentukan berdasarkan bulan pertama vernal equinox (perpotongan lingkaran ekuator dan ekliptika). Jika menggunakan perhitungan kalender Masehi, tahun baru bangsa Babilonia jatuh pada pertengahan Maret.

Bangsa Babilonia merayakan pesta besar-besaran selama 11 hari dengan berbagai macam agenda ritual. Perayaan besar-besaran untuk menyambut tahun baru disebut Akitu. Bangsa Babilonia menganggap tahun baru sebagai bentuk kemenangan Dewa Langit melawan Dewa Laut yang jahat.
Sejarah 1 Januari sebagai Awal Tahun Baru

Versi Romawi
Penetapan 1 Januari sebagai awal tahun Masehi memiliki sejarah panjang, yang berkaitan dengan kalender bangsa Romawi kuno. Kalender awal Romawi menjadi cikal bakal kalender Masehi.

Kalender awal Romawi pertama kali digunakan oleh Romulus, pendiri Roma. Kalender ini terdiri dari 10 bulan dan 304 hari. Pada abad ke-8 SM, Numa Pompilius menambahkan dua bulan baru, yaitu Januari (Januarius) dan Februari (Februarius), sehingga kalender Romawi terdiri dari 12 bulan.

Kaisar Julius Caesar kemudian menyempurnakan kalender ini dengan bantuan ahli astronomi dan matematika. Penetapan 1 Januari sebagai awal tahun tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan ilmiah, tetapi sebagai penghormatan kepada Dewa Janus, dewa bangsa Romawi.

Ritual yang dilakukan oleh bangsa Romawi untuk menyambut pergantian tahun meliputi memberikan persembahan kepada Dewa Janus, bertukar hadiah, menghias rumah, dan menghadiri pesta.

Baca juga:
10 Rekomendasi Tempat Piknik Keluarga di Bali untuk Tahun Baruan
Versi Kekristenan
Pada abad pertengahan, Kekristenan di Eropa memberikan makna religius pada pergantian tahun. Paus Gregorius XIII, pada 1582, menetapkan kalender Gregorian yang dimulai tanggal 1 Januari sebagai kalender bangsa Eropa dan para pemeluk Kristen. Hingga kini, sebagian besar masyarakat dunia merayakan tahun baru Masehi yang jatuh pada 1 Januari.

Tradisi Perayaan Tahun Baru di Berbagai Negara
Berbagai negara di belahan dunia memiliki tradisi perayaan tahun baru yang terus dilestarikan secara turun-temurun. Berikut beberapa tradisi khusus dari berbagai negara:

1. Spanyol
Ketika perayaan tahun baru, masyarakat Spanyol akan memakan selusin buah anggur. Setiap buah melambangkan harapan untuk tahun yang akan datang.

2. Kuba, Austria, Hongaria, dan Portugal
Di empat negara tersebut, masyarakat memiliki tradisi menyantap babi untuk merayakan tahun baru. Babi dianggap sebagai simbol kemakmuran dan kesuburan.
3. Swedia dan Norwegia
Di negara Skandinavia, masyarakat menyajikan puding nasi dengan kacang almond yang disembunyikan di dalamnya. Mereka percaya bahwa siapa pun yang menemukan kacang almond terlebih dahulu akan mendapatkan keberuntungan sepanjang tahun.

Sumber artikel dan pandangan dari berbagai negara 

Post a Comment

Previous Post Next Post