Dumai — Dalam sebuah sesi diskusi rekan alumni STIA Lancang kuning Dumai, Jon Akmal, S.Sos memaparkan secara mendalam mengenai fenomena cara berpikir yang dangkal yang semakin sering muncul di tengah masyarakat, khususnya pada generasi muda yang hidup di tengah arus informasi instan.
Dalam penyampaiannya, Jon Akmal menjelaskan bahwa cara berpikir dangkal bukan sekadar kurangnya kemampuan menganalisis, tetapi lebih pada kebiasaan menerima informasi tanpa proses penyaringan, verifikasi, dan refleksi yang memadai.
“Ketika seseorang hanya melihat permukaan tanpa memahami konteks, ia mudah terjebak pada kesimpulan cepat, informasi palsu, dan keputusan yang tidak tepat,” ujar Jon Akmal di hadapan peserta diskusi.
Ia menekankan bahwa pola pikir dangkal sering terjadi akibat budaya serba cepat, kebiasaan membaca singkat, serta dominasi konten visual yang membuat otak cenderung memilih jalur pemrosesan tercepat.
Menurutnya, pendidikan memiliki peran sentral dalam membangun budaya berpikir yang lebih mendalam. Ia mendorong sekolah, guru, dan lingkungan keluarga untuk melatih kemampuan analitis sejak dini melalui diskusi, membaca kritis, dan kebiasaan bertanya.
“Kita tidak bisa menghentikan arus informasi, tetapi kita bisa memperkuat kemampuan memilahnya,” tambah Jon Akmal.
Rekan diskusi memberikan respons positif atas materi yang dibawakan. Banyak yang menilai bahwa pemahaman tentang cara berpikir mendalam sangat penting untuk mencegah misinformasi, konflik sosial, serta keputusan yang impulsif dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pemicu untuk semakin banyak ruang edukasi yang membahas literasi berpikir, sehingga generasi muda dapat tumbuh dengan wawasan luas dan kemampuan menilai informasi secara bijak.
Redaksi
Post a Comment